Semetaku (part 3)

Luka yang aku berikan, sempat membuatnya berat menjalani hari-harinya. Tapi ia hebat, berhasil melewati hari itu dan kembali bangkit. "Aku kira kau sudah lupa" Kalimat pembuka sore itu. "Kau tau, selama kau pergi, satu hal yang aku selalu ingat. Aku adalah rumah mu. Kau sendiri kan yang mengatakannya? Aku selalu yakin kau akan kembali pulang. Dan lagi, aku tak pernah merasa kau hilang" Tambahnya. Aku diam. Ia menatapku, tersenyum, lalu kembali memalingkan wajahnya ke kerlap kerlip lampu kota Bandung di hadapannya. Cuaca sore itu cerah, angin menerpa wajah kami dengan lembut. Aku menatapnya dari tempat duduk ku. Menunggu apalagi yang hendak ia sampaikan. Namun hening. Ia tak melanjutkan ucapannya. Aku berdeham lalu meminum green tea favorit ku. "Mengapa bisa? " Tanyanya. "Mmm.. Aku bingung" Jawabku canggung. "Hanya itu? " Tanyanya lagi. "Maaf dan terimakasih" Ucapku lagi. Ia tertawa, membuat ku bingung. Takut kalau-kalau ada hal yang kurang tepat dari ucapan ku. "Maaf untuk apa dan terimakasih untuk apa? " Tanyanya. "Maaf untuk.... " Ucapku menggantung. "Maaf karena telah pergi, telah ingkar janji, telah memberi luka. Terimakasih untuk kesempatan kedua, begitu? " Ungkapnya mewakili. Tepat sekali. Ia telah menjawab semuanya dengan tepat. "Gengsi nya masih aja tinggi ya" Ucapnya sambil tersenyum. Tatapannya menerawang. Aku diam terpaku. Semua dimatanya seakan masih sama, aku masih tetap ada disana. "Kita bisa menjadi lebih baik jika pandai mengambil hikmah dari setiap kesalahan yang kita lakukan. Tak masalah jika hari ini kau terbukti salah. Asal kau mau terus belajar memperbaikinya. Masa depan kita masih panjang. Pintu akan selalu terbuka untukmu. Kapanpun, untukmu. Sekali lagi, aku rumah mu. Jika kau lupa" Jelasnya. Ia tersenyum lalu menatapku tulus. Aku balik menatapnya ketika ia memalingkan wajahnya. Rindu. Kata itu kiranya cukup mengungkapkan suara hati yang bergemuruh sejak pertama lagi bertemu. Benar, aku merindukan nya. Sungguh. Sangat. Kau tau? Ia masih menjadi yang terbaik di hati. Dan mungkin selamanya akan begitu. Dan lagi, getaran nya masih sama. Berada di dekat nya, membuat ku berdebar. "Terimakasih karena telah memberi kesempatan kedua" Ungkap ku. "Terimakasih karena telah pulang, sayang" Jawabnya. Siapapun, tolong aku! Sepertinya wajahku sudah matang di hadapan nya. Aku bahagia, demi apapun. 'Sayang.. ' Kata itu. Ah, sudahlah. Kalian faham kan? Aku sangat bahagia. Dan untukmu, apabila suatu saat kau memiliki kesempatan untuk membaca ini; Tolong jangan takut lagi aku pergi, karena kau benar, kau rumahku. Akan selalu menjadi tempat pulang ku. Tolong jangan bosan, ya. Aku takut jika harus menjalani hari ku tanpamu lagi. Maaf karena sempat singgah di lain tempat. Maaf karena sempat pergi dari rumah. Maaf karena lancang meminta kesempatan kedua. Terimakasih karena telah membukakan pintu lagi. Telah memberi lagi kesempatan. Kembali menjadi tempat ternyaman untuk meluapkan keluh kesah. Dan telah berlapang hati memaafkan kesalahan. Aku kembali, sayang. Padamu. Rumahku.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url