Rukun dan syarat Puasa

arti kata shiyam dalam perintah puasa ramadhan pada penggalan QS: Al-Baqarah ayat 183 


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Maknanya adalah menahan diri dahaga dan lapar atau puasa yang memiliki ketentuan atau persyaratan. Dalam menjalankan ibadah puasa. Maka selayaknya kita memahami rukun dan syarat puasa Ramadan agar puasa kita diterima oleh allah SWT, dan mendapatkan ridhanya.

Adapun ringkasan puasa adalah (al-imsak) menahan diri dari

1.    Menahan makan, minum,

2.    Menahan hubungan seksual suami isteri

3.    Menahan segala yang membatalkan sejak dari terbit fajar hingga terbenam matahari  

4.    niat karena Allah S.W.T.


Rukun Puasa

Adapun pendaat dari imam Hanafi dan Hambali beliau berpendapat satu rukun, yaitu menahan diri dari apapun yang membatalkan puasa.  

Sedangkan dalam mazhab imam Maliki ada dua pedapat yang berbeda, sebagian dari mereka berpendapat bahwa ada dua rukun puasa yaitu menahan diri, dan niat. Sedangkan pendapat yang dipakai atau diutamakan dalam mazhab maliki adalah pendapat yang kedua, yaitu bahwa niat tidak termasuk rukun puasa, melainkan hanya syarat sahnya saja.

Menurut mazhab imam Syafi’i, rukun puasa itu ada tiga.

1.    menahan diri dari hal-hal yang membatalkan.

2.    niat.

3.    orang yang berpuasa.

Maka menurut madzhab imam syafi’i puasa tidak sah jika salah satu dari tiga tersebut tidak ada..

Sementara menurut mazhab imam Hambali dan Hanafi, niat dan orang yang berpuasa merupakan dua syarat sahnya puasa, meskipun bukan rukun puasa tapi keduanya tetap harus ada.

 

Tentu hukum puasa dibulan Ramadhan adalah fardhu a’in bagi setiap muslim yang telah baligh dan berakal, maka kita sedikit bahas tentang puasa menurut 4 madzhab.

Syarat Puasa

syarat sah puasa yaitu beragama Islam dan dibarengi dengan niat puasa, selayaknya dalam ibadah-ibadah lainnya. Maka jelas yang bukan muslim tentu tidak akan diterima puasanya begitupun jika ia menahan dari dahaga dan lapar karna salah satu syarat sah-nya puasa adalah beragama islam

Selain itu juga syarat puasa adalah suci dari haid, nifas, tidak sakit dan tidak berada dalam perjalanan. Sedangkan orang yang mabuk ataupun pingsan menurut beberapa mazhab ada perbedaan pendapat.

1.    Menurut mazhab Syafi’i

Jika orang yang mabuk ataupun pingsan tak sadrkan diri selama waktu puasa, maka puasanya tidak sah, tapi jika Sebagian waktu dari puasa maka sah puasa-nya. Namun bagi orang pingsan wajib mengganti puasanya apapun penyebab pingsannya, tetapi bagi orang yang mabuk , tidak wajib mengganti puasa-nya  jika mabuk tidak disebabkan oleh dirinya sendiri.

2.    Menurut mazhab Maliki  

Orang yang mabuk / pingsan dari terbit dan tenggelamnya matahari ataupun Sebagian besar waktu puasa-nya, maka puasanya tidak sah. Tetapi jika tidak sadar hanya setengah hari atau lebih sedikit lalu ia sadar pada waktu niat, dan ia berniat puasa, kemudian jatuh pingsan / mabuk maka mereka tidak diwajibkan untuk mengganti puasa. Karna waktu niat puasa menurut mazhab Maliki yaitu dari Maghrib sampai fajar.

3.    Menurut mazhab Hanafi

Orang pingsan sama halnya dengan orang gila, dan orang gila / hilang akal itu selama satu bulan Ramadan penuh, maka dia tidak diwajibkan mengganti puasa-nya saat telah siuman. Tetapi jika gilanya setengah bulan dan sisa harinya ia sadar, maka ia tetap harus berpuasa, dan wajib mengganti puasa-nya yang ia tinggalkan.

4.    Menurut mazhab Hambali

Bagi orang yang mabuk / pingsan wajib mengantinya tanpa ada alasan, termasuk penyebabnya bukan oleh dirinya sendiri.

    Itulah sedikit penjelasan tentang rukun dan syarat puasa. Tentu saat menjalankan suatu ibadah telah selayaknya kita memiliki dasar dari apa yang kita kerjakan terkhusus dalam beribadah agar kita beribadah tepat dengan yang harus kita lakukan oleh seorang hamba.
Mengenai perbedaan pendapat antar mazhab dan ulama bahkan golongan tertentu selama memiliki dasar yang kuat kita harus bisa bersikap dengan bijaksana serta saling menghormati dan menghargai.
 

 


Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url