Semestaku (part 7)

 Dan perihal harapan, cita cita, asa dan mimpi yang dahulu sempat kita perbincangkan, tolong jangan pernah berubah ya. 

Kita harus tetap memperjuangkan nya, kita tetap harus menjadi versi terbaik, kita tetap harus menjadi tokoh utama dalam hidup. 


Dan perihal pesan-pesanmu, aku pasti akan selalu mengingatnya. Tanpa kau beritahu lagi. 

Aku akan berusaha melakukan satu per satu yang aku mampu. 

Untukmu, akan selalu aku usahakan yang terbaik. 


Aku mencintaimu setiap hari. 

Dan semoga sampai nanti. 


Tetap izinkan aku menjadikan hatimu sebagai atap rindu. 

Sebagai atap dari segala rasa yang disuguh semesta. 


Kau ramaku. 

Kau perahu ku. 

Muara ku. 

Mimpi besar yang ingin segera aku wujudkan. 


Banyak harap yang tak terucap, banyak asa yang tak menjadi cerita, banyak mimpi yang tak aku sampaikan pada Illahi. 

Yang dalam itu semua, ada dirimu.


Benar, 

Kau harap ku. 

Kau asa ku. 

Kau mimpi ku. 

Kau cinta ku. 


Entah kapan rindu ini akan berakhir, bahkan di dekatmu aku masih saja merindukanmu. Semoga kau yang terakhir. 

Membahasmu tak pernah ada habisnya ya? 

Banyak sekali kenang yang ingin terulang, banyak memori yang tak ingin ku biarkan pergi. Dan semuanya lagi-lagi tentangmu. 

Tak tau harus dengan apalagi aku harus menjelaskan tentangmu. 

Bahkan semua kata saja tak cukup. 


Kau tau? 

Pikiran ku selalu merekam jelas tawa dan senyuman indahmu, menyimpannya dalam memori, dan mengenangnya kala rindu tiba-tiba datang lagi. Kemudian aku ikut tersenyum. 

Selalu begitu. 


Bahkan di tengah ketiadaan, kau senantiasa ada.

Di antara kesunyian, kau senantiasa meramaikan. 

Di tengah kesepian, kau senantiasa menemani. 

Memeluk bayanganmu, adalah usahaku mengobati rindu. 

Wahai kamu, 

Aku merindukanmu. 


Penantian kita akan dibalas, bukan? 

Rindu kita juga pasti sudah disediakan penawar. Untuk kemudian membuat pulih rasaku dan rasamu. Rasa kita. 

Semua pasti dibayar Allah dengan perantara semesta. 

Selalu banyak cara unik dari alam untuk mempermainkan sebuah takdir. 


Kau harus bertahan, ya. 

Walau nanti pasti kita temui banyak tantangan. 

Kau harus tetap menjadi penguat. 

Kau harus tetap berdiri tegak di sampingku. 


Karena, aku adalah lemah yang kemudian Allah jadikan kau kuat. 

Aku rapuh, yang kemudian Allah jadikan kamu utuh. 

Aku kurang, yang kemudian Allah jadikan kamu lebih. 

Kita, diciptakan untuk bersama. 

Menimba Cita-cita. 

Menanam cinta. 

Semoga Allah kabul pada masanya. 


Masihkah layak aku memanggilmu perahuku? 

Menunggumu pulang dan menjadi Pelabuhan Muara. 

Masih pantas tidak? 


Wahai hati yang jauh disana, cepat pulang! 

Cepatlah kembali! 

Aku membutuhkanmu. 

Hanya sekedar untuk aku repotkan dengan rasa bernama rindu. 

Hanya untuk sekedar mengelus kepalaku lalu membiarkannya  bersandar di bahumu. 

Hanya sekedar untuk membuka telingamu, duduk bersila dihadapanku, lalu mendengar keluh ku. 

Hanya untuk sekedar menampakkan senyuman terbaikmu, lalu mengatakan padaku 'kau kuat, kau terhebat, kau pasti bisa melewatinya, kau wanita terbaikku', lalu menenangkanku dengan caramu. 


Kau faham cara menghargaiku. 

Dan aku merindukan caramu itu. 

Perahuku, 

Bolehkah aku terus saja keluhkan rindu? 

Bolehkah malam ini aku kembali mengenangmu? 

Bolehkah tengah kelam ini aku mengharap hadirmu?

Aku ingin bertemu. 

Dan menceritakan semuanya padamu. 

Tentang hari-hari berat ku, tanpa mu. 

Aku sedang lelah dan sedang sangat membutuhkanmu. 

Hari ini aku sedang merasa tak nyaman dan berharap kau hadir menenangkan ku. 

Aku ingin pulang. 

Padamu. 



Ada seseorang yang mampu membuatku tak berhenti tersenyum kala mengingatnya, membuatku merasa tenang karena sekitar tau di dekatnya aku selalu yakin semua akan baik-baik saja. 

Membuatku enggan menjauh darinya barang sejengkal pun. 

Ia adalah segala alasan. 

Ia adalah topik ter-favorit untuk aku perbincangkan. 

Aku sangat mencintainya. 

Kau tau siapa dia? 

Dia adalah engkau. 

Semesta ku. 


Terimakasih karena telah hadir, bertahan  dan mengikis getir. 

Terimakasih karena telah bertahan dan mengembalikan harapan.

Dahulu kita bermimpi, merangkai cita-cita, lalu dengan tega aku menghancurkannya. Kau kehila

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url